Di era digital yang serba cepat ini, Indonesia bagaikan sebuah taman bunga yang penuh dengan warna-warni. Dari Sabang sampai Merauke, terhampar berbagai suku, agama, budaya, dan bahasa yang hidup berdampingan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Di tengah hiruk pikuk media sosial, di mana informasi dan berita mengalir bagaikan air bah, nilai-nilai Pancasila bagaikan pelita yang menerangi jalan bangsa. Pancasila bukan hanya semboyan atau slogan, tetapi juga pedoman hidup yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di era digital ini..
Kisah ini berawal dari seorang gadis bernama Wulan, yang tinggal di sebuah desa kecil di kaki Gunung Merapi. Wulan, yang sejak kecil dididik orang tuanya untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, memiliki rasa cinta tanah air yang membara di dadanya. Suatu hari, Wulan menemukan sebuah akun Instagram bernama “Bhinneka Tunggal Ika Digital”. Akun ini berisi berbagai konten kreatif yang mengangkat nilai-nilai Pancasila dan
keberagaman budaya Indonesia. Laras pun langsung mengikuti akun tersebut dan menjadi pengikut setia.
Konten-konten di akun “Bhinneka Tunggal Ika Digital” sangatlah inspiratif. Laras melihat berbagai video yang menunjukkan keindahan alam Indonesia, video yang menceritakan tentang kisah-kisah inspiratif para pahlawan nasional, dan video yang menampilkan berbagai tradisi dan budaya dari berbagai daerah di Indonesia.
Wulan tergerak untuk turut menyebarkan nilai-nilai Pancasila di era digital. Dia pun mulai membuat konten-kontennya sendiri di Instagram, seperti foto-foto yang menunjukkan keindahan alam Indonesia, video yang menceritakan tentang pengalamannya dalam berinteraksi dengan orangorang dari berbagai suku dan agama, dan video yang berisi pesan-pesan moral tentang pentingnya toleransi dan saling menghormati.
Konten-konten Wulan pun mendapat sambutan yang positif dari para pengikutnya. Banyak orang yang terinspirasi dengan cerita dan pesan-pesannya. Laras pun menjadi influencer muda yang dikenal dengan sebutan “Gadis Bhinneka Tunggal Ika”. Wulan tidak hanya aktif di media sosial, tetapi dia juga sering mengikuti berbagai kegiatan offline yang berkaitan dengan budaya dan tradisi Indonesia. Dia mengikuti lomba menari tradisional, menghadiri festival budaya, dan mengikuti pelatihan kepemimpinan yang diadakan oleh organisasi kepemudaan.
Dalam berbagai kegiatan tersebut, Wulan bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Dia belajar banyak tentang budaya dan tradisi mereka, dan dia semakin memahami arti Bhinneka Tunggal Ika. Wulan pun semakin termotivasi untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila kepada orang-orang di sekitarnya. Dia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, tetapi tetap bersatu dalam keberagaman.
Suatu hari, Wulan diundang untuk menjadi pembicara dalam sebuah seminar nasional tentang Bhinneka Tunggal Ika di era digital. Dalam seminar tersebut, Wulan menyampaikan tentang bagaimana dia menggunakan media sosial untuk menyebarkan nilai-nilai Pancasila dan keberagaman budaya Indonesia.
“ Hallo guys, kalian tau gak sih kalau kita sudah masuk di era 5.0? Kita berada di tengah gempuran informasi dan budaya asing di era digital guys. Sebagai generasi muda, ayo kita sama-sama bergerak untuk melestarikan nilai-nilai Pancasila dan kekayaan budaya Indonesia. Melalui media sosial yang kita gunakan, kita dapat menjadi agen perubahan yang menyebarkan semangat persatuan dan toleransi ”. Ucap Wulan kepada para peserta seminar.
Lanjutnya, “ Dengan berbekal kamera dan smartphone, aku dapat menjelajahi berbagai pelosok negeri, mengabadikan keindahan alam, keramahan penduduk, dan keunikan tradisi dari berbagai suku bangsa. Kalian boleh follow atau mampir ke akun sosial media aku ya. Konten-konten ku dipenuhi dengan video menari tradisional, foto-foto kuliner khas daerah, dan cerita inspiratif tentang para pahlawan lokal. Semoga teman-teman bisa terinspirasi dari konten-konten aku untuk sama-sama menyebar luaskan nilai-nilai Pancasila “.
Wulan tak hanya menunjukkan keindahan Indonesia melalui kontennya, dia juga aktif mengajak pengikutnya untuk terlibat. Dia mengadakan kuis berhadiah tentang pengetahuan budaya, mengajak mereka belajar bahasa daerah, dan mendorong mereka untuk mencoba berbagai kuliner khas. Semangatnya yang positif dan antusiasmenya yang tinggi menular kepada para pengikutnya, mereka pun termotivasi untuk lebih mengenal dan mencintai budaya Indonesia.
“ Aku ada satu semboyan yang selama ini tertanam dihati ku. Kalian mau tahu gak semboyan nya apa? ’’, tanya Wulan. “ Apa tuh kak Wulan, spill dong semboyannya yang bisa buat kak Wulan sekeren ini istiqomah menyebarkan nilai-nilai Pancasila ’’, celetuk para peserta dengan semangatnya. “ Oke, aku spill semboyan yang selama ini tertanam dalam hati. Teman-teman boleh ikutin dengan suara semangat yang membara yaaaa…’’, sambil berdiri mendekati para peserta seminar.
“ PANCASILA DI HATI KU, INDONESIA BERSATU ’’, ucap Wulan dengan lantang sambil mengepalkan tangan ke atas. Tak kalah semangat, dengan teriakan yang membara para peserta mengikuti semboyan yang Wulan ucapkan. Kisah Wulan menjadi bukti bahwa media sosial dapat menjadi alat yang ampuh untuk menyebarkan nilai-nilai positif. Dengan semangatnya yang pantang menyerah dan kreativitasnya, Laras berhasil menjangkau generasi muda dan menginspirasi mereka untuk turut menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa.
Cerita Wulan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Seminar tersebut dihadiri oleh para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia, dan mereka semua termotivasi untuk melakukan hal yang sama seperti Laras. Wulan yakin bahwa dengan semangat dan tekad bersama, generasi muda Indonesia dapat menjaga dan melestarikan nilai-nilai Pancasila di era digital. Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya semboyan, tetapi juga komitmen untuk membangun bangsa yang bersatu, adil, dan sejahtera. Kisah Wulan hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak kisah tentang bagaimana generasi muda Indonesia menjaga dan melestarikan nilai-nilai Pancasila di era digital. Masih banyak lagi
pemuda-pemuda lain yang berjuang untuk menyebarkan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan persatuan di tengah hiruk pikuk media sosial.
Masa depan bangsa Indonesia ada di tangan generasi muda. Dengan semangat Pancasila dan tekad yang kuat, mereka dapat membawa bangsa ini menuju masa depan yang gemilang. Bagaikan mentari pagi yang menyinari bumi, generasi muda Indonesia adalah harapan bangsa untuk masa depan yang gemilang. Di pundak mereka lah terletak tanggung jawab untuk membawa Indonesia mencapai puncak kejayaannya.
Generasi muda masa kini adalah generasi yang penuh dengan potensi dan semangat. Mereka memiliki akses yang luas terhadap informasi dan teknologi, serta memiliki pola pikir yang terbuka dan kreatif. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik. Mereka dapat membangun Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera, di mana semua rakyatnya hidup dengan damai dan sejahtera.
Marilah kita dukung dan dorong generasi muda untuk terus belajar, berkarya, dan berinovasi. Dengan semangat Pancasila dan tekad yang kuat, mereka pasti mampu membawa bangsa ini mencapai masa depan yang gemilang. Masa depan bangsa Indonesia bukan hanya tanggung jawab generasi muda, tetapi juga tanggung jawab kita semua. Marilah kita bergandengan tangan, bersatu padu, dan bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik.
Penulis: Puput Wulandari (Mahasiswi MPI Univerisitas Darunnajah)